Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin (PTM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) kembali menunjukkan inovasi yang luar biasa di bidang teknologi. Kali ini, sekelompok mahasiswa berhasil menciptakan kompresor udara dari limbah air conditioner (AC) yang sudah tidak terpakai. Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi ramah lingkungan, tetapi juga menawarkan alternatif alat yang lebih ekonomis untuk kebutuhan bengkel dan industri kecil.
Proyek ini digagas oleh tim yang terdiri dari lima mahasiswa PTM yang dipimpin oleh I Made Adi Santika. Mereka melihat potensi besar dari komponen AC bekas, terutama kompresor, yang masih bisa dimanfaatkan meskipun unit AC tersebut sudah rusak atau tidak berfungsi lagi. “Banyak AC yang dibuang begitu saja karena sudah tidak berfungsi dengan baik, padahal beberapa komponennya, seperti kompresor, masih layak pakai”.
Kompresor AC umumnya bekerja dengan prinsip dasar yang sama dengan kompresor udara, hanya saja perangkat ini dirancang untuk mengompres gas refrigeran. Melalui sedikit modifikasi, mahasiswa PTM Undiksha mampu mengubah fungsi kompresor ini menjadi alat yang efektif untuk mengompres udara, yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pengisian ban, alat-alat pneumatik, hingga kebutuhan pengecatan.
Dalam proses pengembangan, tantangan terbesar yang dihadapi oleh tim adalah memodifikasi jalur input dan output pada kompresor agar dapat berfungsi dengan baik sebagai kompresor udara. Kompresor AC biasanya bekerja pada tekanan yang lebih rendah, sehingga tim harus memastikan bahwa modifikasi yang dilakukan dapat meningkatkan kinerja alat tanpa merusak komponennya. Mereka juga harus merancang sistem penyaring untuk memastikan udara yang dihasilkan bersih dari partikel debu dan kotoran.
Salah satu anggota tim, Putu Gede Wirawan, menjelaskan bahwa inovasi ini lahir dari dorongan untuk menciptakan solusi yang lebih ramah lingkungan. “Kami ingin membuat inovasi yang tidak hanya bermanfaat dari segi fungsional, tetapi juga membantu mengurangi limbah elektronik yang semakin menumpuk. Dengan menggunakan kembali kompresor AC bekas, kami dapat mengurangi jumlah sampah elektronik yang sulit didaur ulang,” katanya.
Inovasi ini mendapat respon positif dari kalangan akademisi dan praktisi teknik. Beberapa dosen di PTM Undiksha memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini, baik dari segi bimbingan teknis maupun saran untuk penyempurnaan desain. Salah satu dosen pembimbing, Dr. I Nyoman Pasek Nugraha, S.T., M.T., menyampaikan apresiasinya terhadap kerja keras mahasiswa. “Ini adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan pengetahuan teknik bisa digabungkan untuk menciptakan solusi nyata bagi masalah lingkungan dan ekonomi,” ujarnya.
Selain itu, kompresor udara hasil inovasi mahasiswa PTM ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dibandingkan dengan kompresor udara baru yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah, kompresor dari limbah AC ini bisa dibuat dengan biaya yang jauh lebih murah. Hal ini tentu sangat membantu, terutama bagi para pelaku usaha kecil yang membutuhkan alat-alat mekanik namun memiliki keterbatasan anggaran.
Prototipe kompresor udara ini telah diuji di laboratorium PTM Undiksha dan hasilnya cukup memuaskan. Kompresor tersebut mampu menghasilkan tekanan udara yang stabil dan bekerja dengan baik untuk kebutuhan pneumatik ringan hingga sedang. Tim juga berencana untuk terus mengembangkan alat ini agar dapat digunakan pada skala yang lebih besar dan memperluas aplikasinya.
Tidak hanya berhenti di pembuatan prototipe, tim ini juga berencana untuk mengajukan paten atas hasil inovasi mereka dan mencari mitra industri yang tertarik untuk memproduksi kompresor udara dari limbah AC ini secara massal. “Kami berharap hasil karya ini bisa diadopsi secara lebih luas dan menjadi solusi alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan bagi industri di Indonesia,” tambah Made Adi.
Keberhasilan mahasiswa PTM Undiksha dalam menciptakan kompresor udara dari limbah AC ini tidak hanya menunjukkan potensi besar dalam memanfaatkan limbah teknologi, tetapi juga membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia mampu berinovasi dan memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan teknologi yang berkelanjutan. Semoga inovasi ini dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berkarya.
Karya ini juga menjadi bukti bahwa dengan ide yang kreatif, barang-barang bekas yang dianggap tidak berguna masih dapat diolah menjadi alat yang memiliki nilai guna tinggi. Dengan semakin maraknya inovasi seperti ini, diharapkan Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sekali lagi, selamat kepada mahasiswa PTM Undiksha atas pencapaiannya, dan semoga karya-karya inovatif lainnya terus bermunculan dari generasi muda bangsa!
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin (PTM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) kembali menunjukkan inovasi yang luar biasa di bidang teknologi. Kali ini, sekelompok mahasiswa berhasil menciptakan kompresor udara dari limbah air conditioner (AC) yang sudah tidak terpakai. Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi ramah lingkungan, tetapi juga menawarkan alternatif alat yang lebih ekonomis untuk kebutuhan bengkel dan industri kecil.
Proyek ini digagas oleh tim yang terdiri dari lima mahasiswa PTM yang dipimpin oleh I Made Adi Santika. Mereka melihat potensi besar dari komponen AC bekas, terutama kompresor, yang masih bisa dimanfaatkan meskipun unit AC tersebut sudah rusak atau tidak berfungsi lagi. “Banyak AC yang dibuang begitu saja karena sudah tidak berfungsi dengan baik, padahal beberapa komponennya, seperti kompresor, masih layak pakai,” ujar Made Adi.
Kompresor AC umumnya bekerja dengan prinsip dasar yang sama dengan kompresor udara, hanya saja perangkat ini dirancang untuk mengompres gas refrigeran. Melalui sedikit modifikasi, mahasiswa PTM Undiksha mampu mengubah fungsi kompresor ini menjadi alat yang efektif untuk mengompres udara, yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pengisian ban, alat-alat pneumatik, hingga kebutuhan pengecatan.
Dalam proses pengembangan, tantangan terbesar yang dihadapi oleh tim adalah memodifikasi jalur input dan output pada kompresor agar dapat berfungsi dengan baik sebagai kompresor udara. Kompresor AC biasanya bekerja pada tekanan yang lebih rendah, sehingga tim harus memastikan bahwa modifikasi yang dilakukan dapat meningkatkan kinerja alat tanpa merusak komponennya. Mereka juga harus merancang sistem penyaring untuk memastikan udara yang dihasilkan bersih dari partikel debu dan kotoran.
Salah satu anggota tim, Putu Gede Wirawan, menjelaskan bahwa inovasi ini lahir dari dorongan untuk menciptakan solusi yang lebih ramah lingkungan. “Kami ingin membuat inovasi yang tidak hanya bermanfaat dari segi fungsional, tetapi juga membantu mengurangi limbah elektronik yang semakin menumpuk. Dengan menggunakan kembali kompresor AC bekas, kami dapat mengurangi jumlah sampah elektronik yang sulit didaur ulang,” katanya.
Inovasi ini mendapat respon positif dari kalangan akademisi dan praktisi teknik. Beberapa dosen di PTM Undiksha memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini, baik dari segi bimbingan teknis maupun saran untuk penyempurnaan desain. Salah satu dosen pembimbing, Dr. I Nyoman Pasek Nugraha, S.T., M.T., menyampaikan apresiasinya terhadap kerja keras mahasiswa. “Ini adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan pengetahuan teknik bisa digabungkan untuk menciptakan solusi nyata bagi masalah lingkungan dan ekonomi,” ujarnya.
Selain itu, kompresor udara hasil inovasi mahasiswa PTM ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dibandingkan dengan kompresor udara baru yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah, kompresor dari limbah AC ini bisa dibuat dengan biaya yang jauh lebih murah. Hal ini tentu sangat membantu, terutama bagi para pelaku usaha kecil yang membutuhkan alat-alat mekanik namun memiliki keterbatasan anggaran.
Prototipe kompresor udara ini telah diuji di laboratorium PTM Undiksha dan hasilnya cukup memuaskan. Kompresor tersebut mampu menghasilkan tekanan udara yang stabil dan bekerja dengan baik untuk kebutuhan pneumatik ringan hingga sedang. Tim juga berencana untuk terus mengembangkan alat ini agar dapat digunakan pada skala yang lebih besar dan memperluas aplikasinya.
Tidak hanya berhenti di pembuatan prototipe, tim ini juga berencana untuk mengajukan paten atas hasil inovasi mereka dan mencari mitra industri yang tertarik untuk memproduksi kompresor udara dari limbah AC ini secara massal. “Kami berharap hasil karya ini bisa diadopsi secara lebih luas dan menjadi solusi alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan bagi industri di Indonesia,” tambah Made Adi.
Keberhasilan mahasiswa PTM Undiksha dalam menciptakan kompresor udara dari limbah AC ini tidak hanya menunjukkan potensi besar dalam memanfaatkan limbah teknologi, tetapi juga membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia mampu berinovasi dan memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan teknologi yang berkelanjutan. Semoga inovasi ini dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berkarya.
Karya ini juga menjadi bukti bahwa dengan ide yang kreatif, barang-barang bekas yang dianggap tidak berguna masih dapat diolah menjadi alat yang memiliki nilai guna tinggi. Dengan semakin maraknya inovasi seperti ini, diharapkan Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sekali lagi, selamat kepada mahasiswa PTM Undiksha atas pencapaiannya, dan semoga karya-karya inovatif lainnya terus bermunculan dari generasi muda bangsa!